Senin, 03 Juni 2019

My Dream to Study Abroad


Hi, finally ngeblog lagi. Hari ini aku mau share tentang perjalananku meraih impian untuk melanjutkan study S2 (postgraduate) ke luar negri especially Eropa, Australia dan Amerika. 3 benua itu menjadi tujuanku sekarang ini untuk mendapatkan beasiswa master melalui berbagai macam jenis beasiswa dari beberapa penyelenggara beasiswa seperti AAS, CHEVENING, FULBRIGHT dan LPDP (kalian bisa browsing sendiri yah keempat nama beasiswa tersebut). Untuk bisa daftar program beasiswa ini, kita harus memenuhi persyaratan yang paling utama yaitu sertifikat bahasa seperti IELTS dan TOEFL IBT. Karna Negara Inggris adalah salah satu negara favoritku untuk lanjut study nanti, jadi aku memilih untuk belajar IELST (International English Language Test). Biasanya IELTS lebih difokuskan untuk negara-negara bagian Eropa dan mempelajari IELTS ini lebih detail daripada belajar TOEFL karna banyak kosakata akademik yang harus kita kuasai. Ibaratanya, belajar TOEFL is all about how much you mastering the grammar, but for IELTS is more about academic.












MY IELTS RESULT NOT SATISFIED ENOUGH!

Dan setelah 6 bulan lamanya aku belajar IELTS, mulai dari Reading - Listening - Writing dan Speaking akhirnya aku memutuskan untuk real test di British Council Jakarta pada tanggal 18 Agustus 2018 kemarin. Test diselenggarakan di Hotel Millenium - Jakarta. Dan inilah hasil real test IELTS pertamaku.Hmmm. . . Overall bisa dikatakan not gud, but setidaknya Speakingku selamat :) heheee. Bagaiama cara aku belajar IELTS? insha allah aku share dipostingan berikutnya yah!







Belum Eligable untuk  apply Beasiswa LPDP 2018!

Bisa di katakan tahun lalu aku gagal untuk daftar beasiswa LPDP karna nilai IELTS ku tidak memenuhi persyaratan. Padahal aku bisa ambil jalur afirmasi untuk disabilitas, dimana persyaratannya untuk IELTS nya hanya dibutuhakn min. band score 6 saja, sedangkan nilaiku hanya mencapai 5.5 and it's almost there!! Gemeshnya minta ampuuun... Aku sempat kecewa dan nangis berkali-kali setiap kali mengingat hasil real test IELTSku yang belum mencapai target. Padahal proses belajarnya mati-matian, dari subuh sampai malem sampai-sampai aku hampir tidak pernah merasakan tidur siang karna jadwal belajar yang cukup padat. Namun aku masih bisa untuk mendaftar beasiswa lainnya seperti CHEVENING, yang diselenggarakan oleh pemerintah Inggris dan persyaratannya pun mudah aku penuhi karna IELTS yang diminta minimal 5.5 dan jika kita dinyatakan lulus sebagai penerima beasiswa, kita harus mampu memenuhi nilai IELTS 6.5 sebelum keberangkatan ke Inggris (Dimana, rata-rata nilai IELTS yang diminta untuk kuliah di eropa adalah band score 6.5). 



Belum lolos chevening . . . 

Pertengahan Febuari lalu, aku mendapatkan pemberitahuan melalui email bahwa aku dinyatakan tidak lolos ketahap selanjutnya untuk program beasiswa Chevening ini. Tapi aku bersyukur setelah mencoba melengkapi persyaratan beasiswa ini, disitu akhirnya kutemukan hikmah dari pengalaman kerjaku selama bertahun-tahun ini. 




Sebagaimana kita ketahaui, bahwa untuk daftar CHEVENING, kita harus memiliki pengalaman kerja selama minimal 2 tahun (baik sebagai tenaga magang, kontrak maupun pegawai tetap) da dihitung dari masa kita kuliah hingga lulus S1.  Walaupun pekerjaanku tidak konsisten disatu perusahaan saja (karna sampai saat ini aku belum perna merasakan menjadi seorang pegawai tetap), namun alhamdulillah banyak pengalaman dan pengetahuan tentang bidang pekerjaan yang pernah kutekuni. Mulai dari menjadi seorang tenaga magang diperpustakaan kampus, frontliner di travel umroh & haji, pegawai bank hingga agen marketing disebuah property bahkan aku pernah menjadi seorang Leader disebuah barbershop. Tidak ada hal yang layak aku sombongi karna semuanya hanya amanah, tapi sebagai seorang penyandang tunadaksa aku merasa bangga dan senang bisa mendapatkan pengalaman itu semua, bersyukur alhamdulillah :)

Chevening akan meminta kita untuk membuat essay tentang Leadership, Networking, Why studying in the UK  dan Career plan. Untuk review essay, aku meminta bantuan pada salah satu almuni penerima beasiswa Chevening yang aku dapatkan informasi ttg beliau dari blog pribadinya. Dia membantuku untuk memperbaiki essay, kira-kira hal apa saja yang tidak perlu dimasukan kedalam essay, tapi tetap saja untuk penulisan essay ini harus benar-benar pure adalah pengalaman dan wawasan  pribadi sendiri. Kita tidak boleh mencontek essay orang lain karna akan ketahuan tidak terlihat natural tulisannya. 

Aku sarankan, untuk kalian yang ingin meraih beasiswa S2 keluar negri nanti, usahakan kalian aktif dalam organisasi saat kuliah S1. Jika kalian ada kesempatan untuk kerja part time why not to try it?, karena akupun sekarang benar-benar merasa puas karna masa mudaku dulu tidak kusia-siakan begitu saja untuk bermalas-malasan atau hanya pulang pergi kuliah saja. Walau masa perkuliahan S1 dulu sangat berat kulalui (karna saat itu baru mengalami amputasi dan harus menerima kondisi fisik yang baru dan beraktifitas menggunakan kaki palsu) tapi aku aktif diorganisasi baik itu internal kampus maupun eksternal (saat itu tujuanku agar aku dapat mudah belajar beradaptasi dengan lingkungan kampus dalam keterbatasan fisik). Selain itu, dengan berorganisasi au dapat merefleksikan diriku sebagai seorang organisator, aku dapat berkespresi tentang pendapat-pendapatku dalam suatu forum dan kebersamaan dengan kawan-kawan seperjuangan dimasa kuliah. Dan ternyata semua pengalamanku itu kini menambah isi untuk CV EuropePass ku(CV untuk daftar kuliah diEropa), walaupun keliatannya belang-belang tapi itu semua terjadi diluar kehendakku. Aku tau banyak orang berpendapat bahwa aku tidak konsisten dengan pekerjaanku, tapi sekali lagi kukatakan itu semua diluar kehendakku. Kadang aku berfikir seandainya aku bukan seoarang tunadaksa, pasti perusahaan akan dengan senang hati mengangkatku menjadi pegawai tetap tanpa merasa keberatan dengan keterbatasan fisikku ini ^^,




Belum lolos beasiswa AAS (Australia Awards Scholarship)
   














DAPET LoA (Letter of Acceptence)
    
Alhamdulillah, sekitar bulan Desember 2018 lalu aku dapat kabar bahwa aku diterima disalah satu kampus di Inggris, yaitu University of Birmingham dengan status CONDITIONAL (yang artinya aku harus memenuhi persyaratan nilai IELTS) dan ditahun ini aku memutuskan untuk fokus kembali belajar IELTS dan retake sebelum bulan Juli 2019. Sebenarnya ada banyak kampus yang aku apply di UK seperti Durham University dan University of Glassgow. Namun aku masih menunggu kabar dari kampus tersebut apakah aku diterima sebagai student atau tidak. Walaupun aku sudah mendapatkan LoA, tapi rasanya sedih juga kalau belum mendapatkan beasiswanya cause we know that the university tuitition fee so pretty expensive. Sungguh Hayati tak sanggup sama biaya kuliahnya juga biaya hidupnya disana nanti kalo pake uang sendiri... 


Conditional LoA from University of Birmingham, UK





Conditional LoA from Deakin University, Melbourne, Australia









1 komentar: