Ini kejadiannya sekitar bulan Juni tahun 2007...
Ketika itu, aku baru selesai perawatan operasi pasca amputasi di RSPAD Gatot Subroto. Setelah hampir sebulan lamanya aku dirawat disana, akhirnya dokter Yursal mengijinkanku untuk pulang dan melakukan perawatan lanjutan dirumah. Tentunya setiap minggunya aku harus rajin kontrol kembali kerumah sakit untuk medical check up dan Fisioterapi (latihan jalan dengan 2 tongkat). Saat itu aku benar-benar merasa senang dan bahagia, karna setelah hampir setengah tahun aku tidur diatas ranjang perawatan, akhirnya aku bisa juga kembali merasakan tempat tidurku sendiri dirumah.
Sesampainya dirumah, ayahku memparkirkan mobilnya didepan rumah, lalu menggendongku dari mobil menuju kedalam rumah. Dengan kondisi dengan satu kaki yang utuh, aku hanya bisa duduk terdiam diatas kasurku, dan tidak henti-hentinya aku memandangi kamarku dengan mata yang berbinar. "Mama, akhirnya esa bisa tidur dikamar ini lagi ma...", celotehku dengan senang. Mama hanya tersenyum, dan memberitahuku. "Selama kamu sakit, boneka-boneka kamu mama laundry semua, soalnya udah pada dekil". Wah, wajar saja bonekaku pada dekil, karna aku gak pernah ngasih perhatian lagi sama mereka. Dari SMA, aku sudah hobi mengoleksi boneka-boneka sapi, dari yang ukuran terkecil samapi terbesar semuanya aku punya. Ada yang pemberian seorang sahabat, mantan, dan juga sepupu-sepupuku yang sama-sama pecinta boneka sapi. Lalu aku berkata pada Mama, "Ma bonekanya sekarang ada dimana?". Mama bilang, "ada dilemari semua, tunggu ya mama ambilin.." dan pada malam itu aku tidur dengan lelap dengan dikelilingi oleh boneka-boneka sapi kesayanganku.
Keesokan harinya, Adikku Efnita yang saat itu sedang menghadapi ujian kelulusan SMU mengajakku jalan-jalan mengitari sekitar komplek. Aku kaget dan terkejut mendengar ajakannya. Karna saat itu kondisiku hanya mampu berjalan dengan kursi roda, aku belum lancar berjalan dengan tongkat. Lalu aku bertanya pada adikku, : De, emang gak malu jalan-jalan sam Kak Esa. Kakak kan kondisinya begini". Lalu Adikku menjawab, "Justru karna ade sayang sama Kakak Esa, makanya ade mau jalan-jalan sama Kakak, supaya sehat, jangan mendem aja dirumah. Biar ade yang dorong kursi rodanya."
Setelah itu, adikku membantuku pindah dari tempat tidur ke kursi roda. Lalu kami berdua pergi jalan-jalan mengelilingi komplek. Adikku yang mendorong kursi rodanya. Disepanjang jalan kami bercanda-canda dan mengobrol. Namun selama perjalanan aku merasa banyak orang-orang yang melihat kearahku. Mereka selalu menatapku dari atas sampai bawah. Aku jadi seperti bahan tontonan. Hal itu membuatku jadi malu dan minder. Lalu aku berbisik ke arah adikku dan berkata, "De, Kakak Esa mau balik aja kerumah", lau adikku menjawab " Tanggung kak Esa, kita kan mau kelapangan, sabar ya..tunggu sebentar lagi".
Tidak lama kemudian setelah kami sampai dilapangan, kami istirahat sejenak. Aku bertanmya lagi pada adikku, "De, kenapa ya selama dijalan tadi, banyak yang mandang kearah Kakak, emangnya Kak Esa jelek ya? atau karna Kakak pake kursi roda?", dan adikku menjawab sambil tersenyum, "Bukan begitu...mereka ngeliat Kak Esa karan salut dengan Kakak Esa yang TEGAR!!".
Notes: Untuk Adikku Efnita Amalia Bachri....Terimakasih atas keikhalasan hatimu yang selalu menemani Kakak disaat terjatuh dan menderita...Langkah kakimu tidak terhingga. Selama aku sakit, kamu selalu bersedia mendorong kursi rodaku dan mengantarku kemana saja aku mau. Tanpa rasa malu, kamu selalu tersenyum ketika bersamaku dan tidak memperdulikan pandangan oranglain terhadap kita. Sungguh aku bersyukur telah mempunyai seorang adik cantik dan berhati lapang seperti kamu...Luv u ade ^___^
Ketika itu, aku baru selesai perawatan operasi pasca amputasi di RSPAD Gatot Subroto. Setelah hampir sebulan lamanya aku dirawat disana, akhirnya dokter Yursal mengijinkanku untuk pulang dan melakukan perawatan lanjutan dirumah. Tentunya setiap minggunya aku harus rajin kontrol kembali kerumah sakit untuk medical check up dan Fisioterapi (latihan jalan dengan 2 tongkat). Saat itu aku benar-benar merasa senang dan bahagia, karna setelah hampir setengah tahun aku tidur diatas ranjang perawatan, akhirnya aku bisa juga kembali merasakan tempat tidurku sendiri dirumah.
Sesampainya dirumah, ayahku memparkirkan mobilnya didepan rumah, lalu menggendongku dari mobil menuju kedalam rumah. Dengan kondisi dengan satu kaki yang utuh, aku hanya bisa duduk terdiam diatas kasurku, dan tidak henti-hentinya aku memandangi kamarku dengan mata yang berbinar. "Mama, akhirnya esa bisa tidur dikamar ini lagi ma...", celotehku dengan senang. Mama hanya tersenyum, dan memberitahuku. "Selama kamu sakit, boneka-boneka kamu mama laundry semua, soalnya udah pada dekil". Wah, wajar saja bonekaku pada dekil, karna aku gak pernah ngasih perhatian lagi sama mereka. Dari SMA, aku sudah hobi mengoleksi boneka-boneka sapi, dari yang ukuran terkecil samapi terbesar semuanya aku punya. Ada yang pemberian seorang sahabat, mantan, dan juga sepupu-sepupuku yang sama-sama pecinta boneka sapi. Lalu aku berkata pada Mama, "Ma bonekanya sekarang ada dimana?". Mama bilang, "ada dilemari semua, tunggu ya mama ambilin.." dan pada malam itu aku tidur dengan lelap dengan dikelilingi oleh boneka-boneka sapi kesayanganku.
Keesokan harinya, Adikku Efnita yang saat itu sedang menghadapi ujian kelulusan SMU mengajakku jalan-jalan mengitari sekitar komplek. Aku kaget dan terkejut mendengar ajakannya. Karna saat itu kondisiku hanya mampu berjalan dengan kursi roda, aku belum lancar berjalan dengan tongkat. Lalu aku bertanya pada adikku, : De, emang gak malu jalan-jalan sam Kak Esa. Kakak kan kondisinya begini". Lalu Adikku menjawab, "Justru karna ade sayang sama Kakak Esa, makanya ade mau jalan-jalan sama Kakak, supaya sehat, jangan mendem aja dirumah. Biar ade yang dorong kursi rodanya."
Setelah itu, adikku membantuku pindah dari tempat tidur ke kursi roda. Lalu kami berdua pergi jalan-jalan mengelilingi komplek. Adikku yang mendorong kursi rodanya. Disepanjang jalan kami bercanda-canda dan mengobrol. Namun selama perjalanan aku merasa banyak orang-orang yang melihat kearahku. Mereka selalu menatapku dari atas sampai bawah. Aku jadi seperti bahan tontonan. Hal itu membuatku jadi malu dan minder. Lalu aku berbisik ke arah adikku dan berkata, "De, Kakak Esa mau balik aja kerumah", lau adikku menjawab " Tanggung kak Esa, kita kan mau kelapangan, sabar ya..tunggu sebentar lagi".
Tidak lama kemudian setelah kami sampai dilapangan, kami istirahat sejenak. Aku bertanmya lagi pada adikku, "De, kenapa ya selama dijalan tadi, banyak yang mandang kearah Kakak, emangnya Kak Esa jelek ya? atau karna Kakak pake kursi roda?", dan adikku menjawab sambil tersenyum, "Bukan begitu...mereka ngeliat Kak Esa karan salut dengan Kakak Esa yang TEGAR!!".
Notes: Untuk Adikku Efnita Amalia Bachri....Terimakasih atas keikhalasan hatimu yang selalu menemani Kakak disaat terjatuh dan menderita...Langkah kakimu tidak terhingga. Selama aku sakit, kamu selalu bersedia mendorong kursi rodaku dan mengantarku kemana saja aku mau. Tanpa rasa malu, kamu selalu tersenyum ketika bersamaku dan tidak memperdulikan pandangan oranglain terhadap kita. Sungguh aku bersyukur telah mempunyai seorang adik cantik dan berhati lapang seperti kamu...Luv u ade ^___^
sepanjang sya membaca kisah hidup esya,,hnya 1 yg bisa sya ucap...ALHAMDULILLAH... apa yang ada disekitar kamu esya, semuanya KEBAIKAN...
BalasHapusmoga kamu dikurniakan sesuatu yang TERINDAH..
kamu seorang gadis yg kuat...w/pun kita cuma berteman di FB, tapi seriously sya sangat menyayangi kamu wahai ESYA...
moga ALLAH merahmati n melindungi kamu selalu..
ALHAMDULILLAH YA ALLAH
hebat
BalasHapusI just can said 'subhanallah'
BalasHapus